Webinar Lakpesdam NU Sidoarjo, Rektor UIN Yogyakarta Urai Pentingnya Sikap Tawassuth

Al Makin, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Al Makin mengulas pentingnya sikap tawassuth dalam webinar yang digelar oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Sidoarjo Kamis (19/05/2022).

Akademisi alumni Pondok Pesantren Al-Hikmah, Bendo, Sidorejo, Kedungadem Bojonegoro itu mengawali penjelasan dengan menguraikan makna tawassuth.

“Seperti yang dikatakan oleh  Sokrates, salah seorang filsuf dari Yunani ;   Jika kita berada di tengan, tidak terlalu ke kanan dan ke kiri. Maka kita akan menjadi manusia yang kokoh,” terangnya.

Dalam sejarah Aswaja yang telah tercetat di kitab-kitab tarikh. Seperti tarikh Ath-Thabari, Ibnu Khaldun, Ibnu Katsir dan lain sebagainya. Dijelaskan yang dimaksud Aswaja itu terutama ketika terjadi konflik antara dua kubu. Yang kebetulan konfliknya berkait erat dengan konflik politik

“Selama periode empat khalifah setelah Nabi Muhammad Saw, terjadi dua perang. Setelah meninggalnya Ustman bin Affan. Kumudian transisi antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah,” terangnya.

Pria yang menyelesaikan studi S2 di McGill University, Montreal, Kanada itu mengutarakan paling tidak ada dua perang, perang jamal dan perang shiffin. Kedua perang tersebut terjadi antara sesama sahabat nabi, bahkan istri Nabi Muhammad Saw yakni Siti Aishah.

“Disinilah sebetulnya jalan tengah atau tawassuth itu diperlukan. Maka sebagai seorang Sunni atau Aswaja tidak diperkenankan mencela salah satu kubu secara exstrim,” ungkapnya.

Pada perang shiffin terjadi perpecahan, sebagain mendukung Ali dan sebagian lain mendukung Mu’awiyah. Saat terbelah menjadi dua kubu, khutbah-khutbah dipenuhi saling umpat antara kedua kelompok tersebut.

“Oleh karena itu penting sikap tawassuth dengan tidak menghakimi. Kedua kelompok harus sama-sama menahan diri,” jelasnya.

Maka sangat penting dalam konflik politik untuk bersikap tidak menghujat orang yang berbeda pendapat. Terlebih di Indonesia sesama muslim, sesama Aswaja mempunyai partai politik masing-masing.

“Maka tawassuth harus kita pegang. Jangan sampai jika kita beda pilihan lantas saling menghujat dan saling menyalahkan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *