NU Sidoarjo – Wakil Ketua Aswaja NU Center Sidoarjo, Nyai Farida Ulvi Na’imah memberikan nasehat pernikahan. Hal itu ia sampaikan melalui story WhatApp Sabtu (04/06/2022) pagi. Nyai Ulvi meminta untuk setiap istri menerima keberadaan suami apa adanya.
“Karena menikah itu kan satu paket, paket kelebihan dan kekurangan dari pasangan. Tinggal bagaimana anda menyikapi kelebihan dan kekurangan pasangan,” ujarnya.
Nyai yang menamatkan sarjana di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta itu menjelaskan, orang yang bijaksana akan menyikapi kelebihan pasangan dengan rasa syukur. Menurutnya, orang bijak cenderung pandai mengelola sebuah kekurangan menjadi suatu kelebihan atau hal yang positif. Sementara orang bijak dalam menyikapi kekurangan dengan sikap sabar.
“Suastu yang baik dari pasangan, ajak, dukung dan fasilitasi untuk semakin meningkatkannya. Sedang kekurangnya usahakan diminimalisir dengan sabar sampai pada akhirnya hilang,” terangnya.
Kepala Prodi Hukum Keluarga Islam (Kaprodi) Institut Pesantren KH Abdul Chalim Pacet, Mojokerto itu mewanti-wanti supaya tidak melirik orang lain. Karena bisa jadi orang lain dipandang lebih baik. Tetapi kenyataanya tidak cocok untuk menjadi pasangan hidup anda.
“Boleh jadi anda melihat sepadang suami istri yang hidupnya bahagia. Lalu anda berkhayal seandainya lelaki itu yang menjadi suami anda. Wah itu belum tentu, karena ternyata, bisa jadi lelaki itu memang cocok untuk istrinya. Namun tidak sesuai jika menjadi suami anda,” ujarnya.
Nyai Ulvi lantas mensitir sebuah hadist Nabi Muhammas Saw yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah yang artinya ; Jika datang kepadamu yang kau ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tak kau lakukan, maka akan terjadi fitnah di muka bumi.
“Pernyataan tersebut memberikan pengertian bahwa dalam memilih calon, syaratnya harus ridha terhadap agama dan perangainya. Karena memang lelaki shalih kau setujui cara beragama dan perangainya,” ungkapnya.
Disebutkan ada unsur penilaiaan manusia dalam memilih pasangan. Sedangkan penilaian manusia terbatas pada apa yang nampak. Keshalihan seorang lelaki memang menjadi syarat bagi wanita yang ingin menikah. Namun itu saja tidak cukup, perlu adanya kesesuaiaan gaya hidup, kesenangan dan kebiasaan.
“Sekali lagi, aspek ini relative. Oleh karena itu, kalau ada yang datang melamar, tanyakanlah karakter dan perangainya pada orang-orang yang mengetahui. Baik dari kalangan keluarga tau teman-temannya,” pungkasnya.
Pewarta: Boy Ardiansyah
Editor: Rizqillah