WONOAYU – Pimpinan Cabang (PC) Majelis Dzikir wa Sholawat Rijalul Ansor (MDS RA) Sidoarjo mengadakan Kegiatan Ngaji Bidayatul Hidayah di Kompleks Makam Kiai Muhammad Taukhid atau Masjid Sabilut Tauhid Wonoayu, Rabu (04/01/2023). Pada momen tersebut, cucu Kiai Muhammad Taukhid KH. Saad Romli mengisahkan sosok Kiai Taukhid yang merupakan kakek buyutnya.
“Beliau adalah salah satu kiai sepuh atau kiai kuno pada zamannya, nama lengkap beliau Muhammad Tauchid bin Abdul Rohim. Beliau wafat 1972 pada usia 80 tahun, anak beliau ada 4 yakni, Mutta’alim, Bunyamin, Abdul Wahab dan Liswatun, ” ujarnya.
Disebutkan amaliyah harian beliau, ba’da shalat subuh membaca wirid seperti biasa, kemudian membaca Rottibul Hadad sampai terbitnya matahari. Lalu dilanjutkan pengajian setelah ashar sampai melewati Maghrib, sampai setelah Isya.
“Kiai Taukhid istiqamah dalam mengajar rutinan Kitab Bidayatul Hidayah karangan Imam Ghozali. Secara tidak langsung, kegiatan Rijalul Ansor saat itu mengulang napak tilas dakwah Kiai Taukhid,” ucapnya.
Setelah maghrib, Kiai Taukhid deres kitab Bidayatul Hidayah. Ia dikenal istiqamah dengan kitab tersebut. Setiap bada Isya, Kiai Taukhid membaca barjanji yang tebal. santri-santri beliau dari Candinegoro, Wonoayu, Tanggul, Sawo Cangkring, Junwangi, Terung Wetan, Terung Kulon dan Keboaran.
Selain amaliyah harian tersebut, Kiai Taukhid juga mengamalkan ilmu agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Ia sering mengagungkan anak yatim. Kemudian, pernah dalam suatu tahun pernah tidak ada yang kurban di lingkungan Masjid. Qadarullah, ada satu orang yang menyembelih kambing untuk aqiqah, langsung diterima oleh Kiai Taukhid dengan niat aqiqah untuk menyenangkan orang tersebut.
“Saya dulu tidak menyangka akan menjadi cucu mantu beliau, saya dulu hanya santri biasa, waktu kecil pernah diludahi karena salah membaca barzanji, ternyata diangkat mantu oleh cucu beliau,” pungkasnya.
PC MDS RA Sidoarjo mengadaka pengajian Kitab Bidayatul Hidayah ini secara rutin keliling seluruh kecamatan di Sidoarjo. Diharapkan para kader ansor dapat memahami napak tilas para ulama’ di Kabutapen Sidoarjo.
Pewarta : Noven Lukito HS.
Editor : Boy Ardiansyah