Berita  

Badan Kemaritiman NU Sidoarjo Ingatkan Potensi Banjir Rob

Ketua BKNU Sidoarjo, Badruzzaman (Foto: Ipung Syaiful).

SIDOARJO-Sejumlah lembaga diantaranya Lembaga Riset Kebencanaan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) memprediksi bakal terjadi banjir rob pada 13-16 Juni 2022 di sepanjang pantai utara atau pantura Pulau Jawa.

Sebagaimana diketahui, beberapa titik wilayah Sidoarjo juga pernah mengalami banjir rob. Titik wilayah itu diantaranya Desa Gisik Cemandi Kecamatan Sedati dan Desa Kupang Kecamatan Jabon. Banjir rob yang melanda tersebut, terjadi akhir bulan Mei 2022.

Prediksi banjir rob dapat dilakukan karena ketersediaan informasi-informasi parameter driver banjir rob seperti data topografi, land subsidence dan model pasang surut (pasut) serta beberapa data penunjang lainnya.

Ketua Badan Kemaritiman Nahdlatul Ulama (BKNU) Kabupaten Sidoarjo Badruzzaman menilai tingkat akurasi dari prediksi akan tergantung dari kelengkapan serta tingkat akurasi dari parameter parameter pemicu banjir rob.

Prediksi banjir rob akan sangat berguna bagi upaya antisipasi bencana, sehingga dapat meminimalkan kerugian.

“Sistem monitoring dan pemetaan risiko diantaranya terbangun dari teknologi LIDAR, Laser Scan, GNSS dan INSAR, teknologi Satelit Altimetry hingga IOT,” cetus Badruzzaman, Senin (13/6/2022).

Kata Badruz, saat ini di Indonesia pendekatan kebencanaan lebih diarahkan pada penanganan bencana setelah terjadinya bencana. Belum ada kelembagaan yang ditunjang oleh regulasi yang jelas dan tegas, yang dapat melakukan prediksi banjir rob dengan baik.

Berbagai lembaga penanganan kebencanaan umumnya hanya melihat banjir rob dari satu sudut pandang saja, sehingga dalam memahami bencana banyak terjadi polemik dalam menyikapinya (mitigasi dan adaptasi).
“Ketika di satu sisi kita melihat ketiadaan lembaga serta minimnya regulasi terkait banjir rob beserta fenomena terkaitnya seperti land subsidence dan sea level rise, di sisi lain kita sedang dihadapkan pada potensi bencana banjir rob di 112 Kabupaten dan Kota di Indonesia. Kondisi ini sangat serius dan harus segara disikapi oleh pemerintah,” tandasnya.

Oleh sebab itu, BKNU Sidoarjo merekomendasikan penanganan banjir rob harus terbagi menjadi dua, yakni penanganan jangka pendek dan penanganan jangka panjang.

Pembuatan tanggul, peninggian infrastruktur pesisir merupakan penanganan jangka pendek.

Sedangkan penanganan jangka panjang yaitu bagaimana mengendalikan laju land subsidence yang tidak lain adalah melakukan subsistusi air tanah dengan suplai air lainnya.

“Hal ini dapat terwujud melalui program land and water management watershed,” jlentrehnya.

Selain itu, BKNU Sidoarjo mendorong pemerintah untuk berupaya lebih baik lagi dalam upaya penanganan banjir rob dengan langkah pertama membenahi regulasi kemudian dilanjutkan dengan pembenahan kelembagaan.

Satu kelembagaan yang penting adalah lembaga yang dapat melakukan upaya monitoring dan pemetaan risiko bencana (banjir rob) secara komprehensif.

“Untuk itu harus didorong pembentukkannya. Kita harus menyadari waktu terus berkejaran dimana kerugian dari banjir rob akan semakin membesar termasuk menghilangkan sebagian wilayah negara,” pungkasnya.

Pewarta: Ipung Syaiful
Editor: Musta’in

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *